blog

Perkuat Perlindungan di Wayag, Pengelola Kawasan Gandeng Guru SD dan Sekolah Minggu Selenggarakan Pe

DiskominfoR4, Waisai- Gugusan Kepulauan Wayag di Kabupaten Raja Ampat tidak saja sebagai ikon wisata Raja Ampat, Papua Barat, ternyata kawasan yang terletak di Distrik Waigeo Barat tersebut merupakan habitat pembesaran pari manta karang (mobula alfredi) pertama di dunia.

“Pada Mei 2022, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mensosialisasikan hasil kajian jangka panjang di laguna Wayag yang menyatakan bahwa wilayah tersebut merupakan habitat pembesaran pari manta karang (Mobula alfredi) pertama, yang berhasil diketahui, di dunia,” demikian Press Releass Konservasi Indonesia  yang diterima Media Center Raja Ampat, Sabtu, (27/8/2022).

Menindaklanjuti temuan penting tersebut, Satuan Kerja (Satker) Raja Ampat dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang selaku pengelola kawasan berkolaborasi bersama mitra-mitra pembangunan dalam menyelenggarakan pelatihan untuk edukator (training of trainers atau ToT) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dari dua kampung, Salio dan Selpele, di Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat.

"Kedua kampung tersebut merupakan kampung terdekat sekaligus pemangku adat bagi laguna Wayag maupun pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya," lanjut pres realess yang dikrim Nikka Gunadharma dari Konservasi Indonesia tersebut.

Untuk pelatihan itu,  Satker Raja Ampat dari BKKPN Kupang menggandeng Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Yayasan Penyu Papua (YPP), dan Konservasi Indonesia (KI), dengan menyelenggarakan ToT PLH di Pos Bantu Wayag pada tanggal 23 -25 Agustus 2022.

Aji Nugroho, (Calon) Pengelola Ekosistem dan Pesisir Ahli Pertama (PELP) dari BKKPN Kupang Satker Raja Ampat menyatakan bahwa kegiatan ini bersesuaian dengan komitmen serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) pengelola kawasan.

“Kegiatan ini sangat mendukung pelestarian lingkungan di (Pulau) Kawe dan Wayag (yang tidak) hanya diperuntukkan bagi orang tua saja, tetapi juga anak-anak sebagai generasi penerus pelestari lingkungan,” kata Aji Nugroho.

Kegiatan tersebut berhasil melatih lima tenaga pengajar sekolah dasar di kampung-kampung Salio dan Selpele, serta lima pengasuh sekolah minggu dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maranatha di Kampung Salio dan tiga pengasuh sekolah minggu dari GKI Laharoi di Kampung Selpele.

BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat selaku penyelenggara teknis kegiatan pemantauan di Wayag, melalui Staf Data dan Informasinya, Allan Fredrik Ramandey mengaku kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi guru dan pengasuh sekolah minggu sebagai garda terdepan pendidikan.

Selain memberikan (materi-materi) pendidikan sekolah kepada siswa-siswi sekolah dasar, mereka juga kini dapat memberikan materi-materi PLH kepada siswa-siswi didiknya.

Usai pelatihan intensif, edukator-edukator PLH tersebut segera diterjunkan ke kampung-kampung Salio dan Selpele pada tanggal 26 Agustus 2022.

Siswa-siswi sekolah dasar di kedua kampung tersebut diajak belajar dan bermain dengan materi-materi seperti ekosistem penting di pesisir serta ancaman dan pengelolaannya, kawasan konservasi perairan di Raja Ampat, keunikan Kawe-Wayag sebagai kawasan konservasi, laguna wayag sebagai rumah bagi pari manta dan hiu, serta materi mengenai penyu.

Salah satu fasilitator, Muhamad Izuan yang sehari-hari bekerja sebagai Bird’s Head Seascape (BHS) Manta Ray Science and Management Coordinator untuk Konservasi Indonesia menegaskan laguna Wayag sebagai destinasi wisata berpotensi memberikan dampak negatif bagi anakan pari manta karang.

Karena itu pengelolaan pariwisata antar pemerintah bersama-sama masyarakat harus ditingkatkan untuk melindungi dan menjaga laguna sebagai daerah pembesaran pari manta.

Yayasan Penyu Papua (YPP) sebagai salah satu mitra pembangunan juga urun tenaga dan pikiran dalam rangkaian kegiatan.

Sebagaimana diketahui, pulau-pulau Piay dan Sain/Sayang, yang berdekatan dengan laguna Wayag, merupakan habitat penting, yaitu tempat peneluran, bagi penyu hijau (Chelonia mydas).

Koordinator Komunikasi dan PLH dari YPP, Gayus A. Raunsai, menilai bahwa pelatihan-pelatihan semacam ini sangat penting, dan dapat juga dilakukan di beberapa kampung di Raja Ampat agar PLH ini tidak putus dan dapat terus diselenggarakan.

Dikatakannya, guru-guru dan pengasuh-pengasuh sekolah minggu dibekali ilmu pengetahuan terkait perlindungan terhadap penyu yang populasinya sudah mulai berkurang. (MC.Kab.Raja Ampat)

Bagikan Berita Ini :